mercoledì 29 ottobre 2008

Laugh with me

We were starting this week with the hard Monday
We were starting the life with the tears
We were running the law as we can comply
We were breathing the air with no fear

We were dreaming a lot to be king and queen
We were fighting the lies with no swords
We were talking too much about life after life
About happiness than money, I’m with you

So please,
Laugh with me...
Cry with me...
Fall with me...
Live with me...
I'm right beside you my friend
I’m holding your pain
You and me till the end
I miss you my friend

We were laughing when all people get mad and sad
We were lying under the sky with the stars
When those people are dancing under the crystals
Tell me could I live a life without you?

So please,
Laugh with me...
Cry with me...
Jump with me...
Live with me...
You're right beside me my friend
You're holding my pain
We are never ends
I miss you my friend

But now I cannot hold you once again
Seems like these all falling down like the rain
Oh, I’m sorry my friend
You’re in pain

----

lunedì 27 ottobre 2008

HASRAT- HARAPAN - KERTAS ROTI

Harapan itu sudah mati. Mati saja. Dipaksa mati bertahun-tahun. Mati juga. Terkubur.
Tapi kenyataannya harapan tidak sama dengan hasrat. Hasratlah yang menciptakan berbagai harapan. Harapan merupakan sebuah kenyataan yang diinginkan untuk terwujud kelak. Sebuah skenario penting dalam suatu sandiwara. Sebuah proyeksi dari gulungan hasrat hati. Sebuah mimpi yang tidak menjadi kabur ketika kita membuka mata. Sebuah teater dramatis yang suksesnya melebihi pemenang oscar sekalipun, namun hanya tampil di belakang layar otak. Hingga membuat sekujur tubuh terpaku karena keanggunan teater itu.
Namun perbedaan di antara hasrat dan harapan tidak lebih tebal daripada kertas roti. Maka mungkin kertas roti tidak akan membungkusku jika masih menyimpan hasrat itu padamu.

Keluar

Buru buru aku menghambur keluar lewat pintu kayu itu. Terlalu ramai untuk menangis di dalam sana. Terlalu sesak untuk terisak. Sakit sekali. Mata telah basah tanpa permisi. Kamu buat kepingan hatiku makin hancur berserpihan. Bagai mayat luka dalam. Aku sudah hampir mati di dalam sini. Karena terlalu sulit melupakan semuanya. Kamu pun sulit menjalankannya. Dan detik tadi kamu makin tidak tahu cara menjalani semuanya. Sungguh ku ingin melangkah dengan kakimu. Aku ingin melihat dengan matamu. Mendengar dengan telingamu. Aku ingin menyatu denganmu. Kalau hatiku hancur, biar ada hatimu dibelakangnya. Kalau air mataku menetes lagi, ada tanganmu yang mengusapnya. Tapi kamu buang semuanya detik itu. Kamu bakar harapan itu. Harapan yang kamu buat sendiri tahun-tahun lalu. Kamu minta memori ini berkurang sedikit. Tapi kupikir ini terlalu banyak. Kamu minta lupakan semuanya. Kurasa inilah semuanya. Semuanya yang menyakitkan. Seharusnya kamu pergi sejak dulu. Seharusnya tidak ada kata sapa antara aku dan kamu sejak dulu. Seharusnya kamu tidak pernah kembali. Karena aku akan keluar lewat pintu kayu ini dan menangis sampai lupa caranya tertawa.

How to destroy Curiousity

I don’t have enough pixels of your face to write down on my head
I don’t give a damn with what they say
but with what i see
Life could be changed when we want it to be
Looks like I’m having fun with this blur
Strange and beautiful were how you come to be
Guess i don’t like it more or less
I tend to be so curious
and hoping it’s not gonna be love
Cause i think i might not gonna be with you
A person who were too close to reach
Now all i need is a way to destroy curiosity
To destroy incomplete pixels in my head
or to remove it to the darker place
where I’d like to come over when i need it someday

TERLALU MANIS, TERLALU PAHIT


Biarlah kesenangan ini hanya untuk sementara
Biarlah semua ini semu
Mengapa hadirmu selalu mengejutkan
Bagai layangan putus yang kembali tanpa permisi
Tapi biarlah aku bersenang-senang denganmu
Biarlah semua memori mengambang lagi
Sejarah paling indah untuk dikaji
Walaupun jasad ini bukan milikmu
Tapi kau miliki hatiku

Biarlah aku berhenti di persimpangan
Kalau bukan engkau aku tak mungkin
Memang perih mengais fosil cinta
Tapi biarlah terjadi
Biarlah kau mendekapku
Ku tahu ada dua hati perih di sana
Biarkan semua membisu
Yang ada saat ini kau dan aku
Biarlah tawa ini lepas bersamamu
Biarlah rasa ini mengembang karenamu
Biarkan semua berhenti kecuali kita
Kita...

Terlalu manis untuk dilupakan, terlalu pahit untuk diingat
Terlalu manis untuk dipendam, terlalu pahit untuk diungkapkan
Biarkan aku denganmu
Biarlah kau menyentuh hati ini
Biarkan hatimu kusentuh pula
Maka saat semua kembali berjalan dan kita berhenti
Kau telah menyimpan rasa untukku
Dan aku telah menyisakannya untukmu

martedì 21 ottobre 2008

Ulang Tahun

Seperti air setengah beku menusuk tengkorakku di pagi itu
Padahal ujung bulu mata dan pangkal pelupuk hampir bersatu
Suaramu benar-benar di gendang telinga
Meski jasadmu tak sungguh di depan mata
Aku yang menekan nomor nomor pada kotak komunikasi
Karena yang kucari sudah tidak lagi di sisi

Barangkali setan subuh masih merasuk
Kupikir mulutmu akan mulai lagi berkata hal paling buruk
Kalaupun begitu aku telah siap
Namun bibir ini tiba-tiba dikutuk menjadi gagap
Saat ku sadar kamu begitu menyenangkan pagi itu

Bahasamu adalah matahari pagi yang baru pulang dari rantauan
Hampir saja otakku membuang sisa software kamus keceriaan
Maka jadilah pipiku masih sanggup merona
Berharap hidupku tidak jadi merana

Untungnya lidahku masih sanggup memainkan kata sapa
Untuk memastikan kamu benar-benar dia yang tak pernah ku lupa

Hening

Mungkin kamu mengangguk dan aku terpaku
Sepersekian detik lagi kata itu baru berlaku
Waktu pun tahu ia baru singgah lagi setelah bermusim tak ada kabar
Tapi hanya mampir bukan berlabuh menggulung layar
Hanya saja kali ini ia mengizinkan bara melelehkan besi-besi di hatiku
yang menyembulkan peluh di dadaku

Kamu ramah
Begitu ramah

Tanya pada bu guru kenapa kerupuk jutaan jam ini tidak kian alot
Mungkinkah hukum ilmiah kini berani membelot
Dimana seharusnya apel men-coklat disentuh partikel udara
Dan alumunium memuai ditatap sang raja bara

Singkat saja ku berkata tanpa pepatah
Met ultah
Kamu menjawab dengan indah
Rasanya tak ingin kunjung sudah
Tapi yang datang malah hampa
bagai kata-kata manis yang sekonyong-konyong ditempa
Detik-detik tanpa kata
hal terindah yang tak terungkap oleh kata

Tapi tiba-tiba muncul salam
Dan itu dariku yang menjinakkan diam
Kamu menjawab salamku
dalam sekian milisekon yang menuggu

Dua manusia berpisah lagi
Aku menutup tali bicara untuk ke sekian kali
Tepat ketika degup jantung kian kencang
Begitu cepat kita berbincang
Puluh dua detik pun tak terpetik
Tak disela koma tidak juga ditutup titik
Melepas rindu secepat itu
Padahal tangan ini tak sembunyi setelah melempar batu

Terlalu sulit menyambung arti
Aku sendiri tidak mengerti

---