giovedì 11 dicembre 2008

Laut dan Langit


Inilah laut bagiku. Selalu tepat di bawah langit. Biru oleh refleksi langit. Tak pernah lelah mendongakkan wajahnya pada langit. Luas hampir tak terjamah. Permukaannya datar, hanya sedikit bergelombang. Angin tak seberapa menerjang. Angin hanya mendaratkan sebagian kecil ampasnya ke pantai berupa ombak-ombak.

Inilah langit bagiku. Selalu memandang rendah laut. Hanya karena ia berada di atas dan tidak akan pernah di bawah. Tertawa melihat laut yang lebih biru darinya. Padahal ia pun tak sebiru itu. Ketika ia menjadi hitam, laut pun hitam. Ia besar kepala karena laut hanya mengikutinya. Langit tak pernah datar. Ia selalu menjadi teka teki. Tak satupun makhluk yang dapat sempurna menjamahnya. Ia seperti ada, namun tiada. Angin adalah satu-satunya yang mengerti. Hanya angin yang berani mengombang-ambingkan cuacanya. Menjadi muram, sedih, bimbang, bahkan gusar. Itu sebabnya aku mengenal mendung, gerimis, hujan halilintar, hujan disaat terik, maupun badai. Tak ada yang meragukan kehebatan langit bermain peran dalam mengubah perasaan manusia. Tak seorangpun.

Inilah laut bagiku. Ada yang dangkal hingga hanya menjadi tempat muntahnya ombak. Ada yang dalam, hingga ia sibuk mengumpulkan penghuni. Gelap tanpa ada yang menerangi. Yang bersangkutan pun tidak berharap diterangi. Ia hanya butuh teman. Yang dangkal sama sekali tidak mengetahui keadaan yang dalam. Ia sudah berteman banyak. Anak-anak lebih menyukainya daripada si ”dalam”. Manusia meramaikannya saat mereka butuh semangat baru. Si dangkal terlalu mudah menghasilkan uang. Menjadi muntahan ombak petang pun tak jadi soal. Sementara si dalam yang kelam terabaikan. Makhluk paling sempurna tak sanggup menggapai dan menyentuhnya. Ia terlalu beresiko. Suapan primer manusia tidak dapat dipasoknya. Ia hanyalah tempat mayat kapal dan lava beku bersemayam. Yang keindahannya tidak tampak bagi sebagian besar orang. Namun justru minyak mentah menjadi betah bersarang di dalamnya. Komoditas nomor satu yang menjadi buron tanpa berbuat salah. Ia bosan dicari-cari dan dieksploitasi. Ia tahu ampasnya menjadi malapetaka bagi jagad raya. Maka laut pun menerimanya bermukim di dalam perutnya.

Inilah langit bagiku. Luas tiada batas. Manusia lebih tak berani menyentuh bagian-bagiannya yang tak tampak. Planet-planet dibalik panggung pertunjukan merupakan kebanggaannya. Suatu waktu, Langit pernah bertanya pada Laut,

”Kamu pernah membayangkan apa yang ada di balik wajahku yang cerah ini?”

Laut tidak menjawab. Ia tidak pernah membayangkannya sebelum ia pernah ditanya seperti itu. Detik itulah ia baru berpikir untuk menebak-nebak seperti apa langit sebenarnya. Selama ini ia hanya melihat bagian paling bawah, paling dekat dengannya, paling nyata baginya. Ia tidak tahu sekaya apa langit. Seluas apa, setinggi apa, dan serupawan apa langit sebenarnya.

Maka Laut bertanya,
”Apakah kamu lebih luas daripada aku?”

Langit tersenyum nyaris tertawa. Lalu menjawab, ”Tentu! Aku bisa melihat sebesar apa dirimu, aku bisa melihat segala hal yang tak bisa kau lihat. Aku bisa melihat dunia dari sudut mana pun yang ku mau.”


Laut kecewa dengan jawaban itu. Ia pikir selama ini dialah yang paling luas. Bumi dikuasai olehnya. Semua makhluk hidup membutuhkan airnya. Ribuan manusia mengunjunginya tiap malam hingga subuh demi mengisi perut mereka.

Lalu ia bertanya lagi,
“Apa lagi yang dapat kau lihat?“

Langit menjawab,
“Semuanya yang tidak bisa kau lihat.“

Lalu langit menjelaskan tentang bergugus-gugus bintang yang ada di baliknya, berpuluh-puluh galaksi yang terbentang tak terjamah, perang meteor, pesta komet, amuk badai, hingga partikel-partikel kecil yang malas diceritakannya pada laut. Terlalu banyak kekayaannya yang membuat manusia takjub dan terus mengaguminya karena cukup sulit mengenalinya secara utuh.

Selama ini laut hafal betul tentang dirinya yang menyimpan ratusan juta makhluk hidup beraneka ragam. Makhluk berinsang dan berparu-paru yang bernafas di dalamnya. Mencari makan, berteman, melwan musuh, bercinta. menari-nari, berpesta pora, berselingkuh, tak sadarkan diri, mengais-ngais pasir, bermain di taman anemon, dan bercerita tentang dunia di atas air. Hampir persis dengan perilaku manusia di kapal-kapal yang pernah melintasinya. Laut menyimpan banyak hal yang dibutuhkan manusia. Habitat tanaman laut, ekosistem air laut, panorama bawah laut, hingga harta karun terpendam. Sehingga manusia pun hilir mudik memanfaatkannya, menggali misteri di dalamnya, merampas keindahannya, dan bukan tidak mungkin menelantarkannya. Ia hanya hafal dua pribahasa, ‘habis manis sepah dibuang’ dan ‘air tenang menghanyutkan’. Yang pertama menjadi ketakutan terbesarnya dan yang berikutnya menjadi senjatanya. Namun laut masih percaya satu hal. Ia masih sangat bermanfaat bagi manusia. Hanya itu yang membuatnya bahagia, walaupun kerap manusia tidak membalas kepercayaannya dengan merawat dan melestarikan semua yang ada di dalamnya. Ia tahu betul manusia adalah makhluk paling sempurna dan paling egois.

Tetapi laut sama sekali belum bisa menjawab pertanyaan langit. Barangkali tak akan pernah bisa.
Maka ia pun bertanya pada langit,
”Apa kau mengetahui apa yang ada jauh di dalam tubuhku? Di dasar bumi? ”

Langit tidak jadi tersenyum puas. Kini ia berpikir keras mendapatkan jawaban untuk Laut. Tapi tidak dapat juga.

”Apakah bintang-bintangmu, planet-planetmu, dan tetek bengek di balik wajahmu menyerupai ikan yang ditangkap dan dimakan oleh manusia?”

Langit tercengang. Dan lagi-lagi berpikir keras.

”Apakah manusia tidak dapat hidup tanpa bintang-bintang dan planetmu itu?”

Langit membisu, lelah karena tidak dapat menjawab pertanyaan Laut. Dan sekejap pula ia menyadari sesuatu.

Inilah langit bagiku. Awan-awan putih berlalu lalang merubah bentuk wajahnya yang menghadap ke laut. Petir menyambar sehingga awan menangis di bahu laut. Langit tahu lautlah yang menampung keluh kesah awan. Langit hanyalah tempat bersandar sementara bagi awan putih. Awan putih yang menjadi kelabu karena mulai bosan di atas sana. Awan putih yang akan kembali ke kampung halamannya, laut.

Seharusnya Laut maupun Langit menyadari, pada malam, subuh, dan pada titik tertentu sejauh pandangan mata manusia, mereka menyatu. Tiada batas.

mercoledì 29 ottobre 2008

Laugh with me

We were starting this week with the hard Monday
We were starting the life with the tears
We were running the law as we can comply
We were breathing the air with no fear

We were dreaming a lot to be king and queen
We were fighting the lies with no swords
We were talking too much about life after life
About happiness than money, I’m with you

So please,
Laugh with me...
Cry with me...
Fall with me...
Live with me...
I'm right beside you my friend
I’m holding your pain
You and me till the end
I miss you my friend

We were laughing when all people get mad and sad
We were lying under the sky with the stars
When those people are dancing under the crystals
Tell me could I live a life without you?

So please,
Laugh with me...
Cry with me...
Jump with me...
Live with me...
You're right beside me my friend
You're holding my pain
We are never ends
I miss you my friend

But now I cannot hold you once again
Seems like these all falling down like the rain
Oh, I’m sorry my friend
You’re in pain

----

lunedì 27 ottobre 2008

HASRAT- HARAPAN - KERTAS ROTI

Harapan itu sudah mati. Mati saja. Dipaksa mati bertahun-tahun. Mati juga. Terkubur.
Tapi kenyataannya harapan tidak sama dengan hasrat. Hasratlah yang menciptakan berbagai harapan. Harapan merupakan sebuah kenyataan yang diinginkan untuk terwujud kelak. Sebuah skenario penting dalam suatu sandiwara. Sebuah proyeksi dari gulungan hasrat hati. Sebuah mimpi yang tidak menjadi kabur ketika kita membuka mata. Sebuah teater dramatis yang suksesnya melebihi pemenang oscar sekalipun, namun hanya tampil di belakang layar otak. Hingga membuat sekujur tubuh terpaku karena keanggunan teater itu.
Namun perbedaan di antara hasrat dan harapan tidak lebih tebal daripada kertas roti. Maka mungkin kertas roti tidak akan membungkusku jika masih menyimpan hasrat itu padamu.

Keluar

Buru buru aku menghambur keluar lewat pintu kayu itu. Terlalu ramai untuk menangis di dalam sana. Terlalu sesak untuk terisak. Sakit sekali. Mata telah basah tanpa permisi. Kamu buat kepingan hatiku makin hancur berserpihan. Bagai mayat luka dalam. Aku sudah hampir mati di dalam sini. Karena terlalu sulit melupakan semuanya. Kamu pun sulit menjalankannya. Dan detik tadi kamu makin tidak tahu cara menjalani semuanya. Sungguh ku ingin melangkah dengan kakimu. Aku ingin melihat dengan matamu. Mendengar dengan telingamu. Aku ingin menyatu denganmu. Kalau hatiku hancur, biar ada hatimu dibelakangnya. Kalau air mataku menetes lagi, ada tanganmu yang mengusapnya. Tapi kamu buang semuanya detik itu. Kamu bakar harapan itu. Harapan yang kamu buat sendiri tahun-tahun lalu. Kamu minta memori ini berkurang sedikit. Tapi kupikir ini terlalu banyak. Kamu minta lupakan semuanya. Kurasa inilah semuanya. Semuanya yang menyakitkan. Seharusnya kamu pergi sejak dulu. Seharusnya tidak ada kata sapa antara aku dan kamu sejak dulu. Seharusnya kamu tidak pernah kembali. Karena aku akan keluar lewat pintu kayu ini dan menangis sampai lupa caranya tertawa.

How to destroy Curiousity

I don’t have enough pixels of your face to write down on my head
I don’t give a damn with what they say
but with what i see
Life could be changed when we want it to be
Looks like I’m having fun with this blur
Strange and beautiful were how you come to be
Guess i don’t like it more or less
I tend to be so curious
and hoping it’s not gonna be love
Cause i think i might not gonna be with you
A person who were too close to reach
Now all i need is a way to destroy curiosity
To destroy incomplete pixels in my head
or to remove it to the darker place
where I’d like to come over when i need it someday

TERLALU MANIS, TERLALU PAHIT


Biarlah kesenangan ini hanya untuk sementara
Biarlah semua ini semu
Mengapa hadirmu selalu mengejutkan
Bagai layangan putus yang kembali tanpa permisi
Tapi biarlah aku bersenang-senang denganmu
Biarlah semua memori mengambang lagi
Sejarah paling indah untuk dikaji
Walaupun jasad ini bukan milikmu
Tapi kau miliki hatiku

Biarlah aku berhenti di persimpangan
Kalau bukan engkau aku tak mungkin
Memang perih mengais fosil cinta
Tapi biarlah terjadi
Biarlah kau mendekapku
Ku tahu ada dua hati perih di sana
Biarkan semua membisu
Yang ada saat ini kau dan aku
Biarlah tawa ini lepas bersamamu
Biarlah rasa ini mengembang karenamu
Biarkan semua berhenti kecuali kita
Kita...

Terlalu manis untuk dilupakan, terlalu pahit untuk diingat
Terlalu manis untuk dipendam, terlalu pahit untuk diungkapkan
Biarkan aku denganmu
Biarlah kau menyentuh hati ini
Biarkan hatimu kusentuh pula
Maka saat semua kembali berjalan dan kita berhenti
Kau telah menyimpan rasa untukku
Dan aku telah menyisakannya untukmu

martedì 21 ottobre 2008

Ulang Tahun

Seperti air setengah beku menusuk tengkorakku di pagi itu
Padahal ujung bulu mata dan pangkal pelupuk hampir bersatu
Suaramu benar-benar di gendang telinga
Meski jasadmu tak sungguh di depan mata
Aku yang menekan nomor nomor pada kotak komunikasi
Karena yang kucari sudah tidak lagi di sisi

Barangkali setan subuh masih merasuk
Kupikir mulutmu akan mulai lagi berkata hal paling buruk
Kalaupun begitu aku telah siap
Namun bibir ini tiba-tiba dikutuk menjadi gagap
Saat ku sadar kamu begitu menyenangkan pagi itu

Bahasamu adalah matahari pagi yang baru pulang dari rantauan
Hampir saja otakku membuang sisa software kamus keceriaan
Maka jadilah pipiku masih sanggup merona
Berharap hidupku tidak jadi merana

Untungnya lidahku masih sanggup memainkan kata sapa
Untuk memastikan kamu benar-benar dia yang tak pernah ku lupa

Hening

Mungkin kamu mengangguk dan aku terpaku
Sepersekian detik lagi kata itu baru berlaku
Waktu pun tahu ia baru singgah lagi setelah bermusim tak ada kabar
Tapi hanya mampir bukan berlabuh menggulung layar
Hanya saja kali ini ia mengizinkan bara melelehkan besi-besi di hatiku
yang menyembulkan peluh di dadaku

Kamu ramah
Begitu ramah

Tanya pada bu guru kenapa kerupuk jutaan jam ini tidak kian alot
Mungkinkah hukum ilmiah kini berani membelot
Dimana seharusnya apel men-coklat disentuh partikel udara
Dan alumunium memuai ditatap sang raja bara

Singkat saja ku berkata tanpa pepatah
Met ultah
Kamu menjawab dengan indah
Rasanya tak ingin kunjung sudah
Tapi yang datang malah hampa
bagai kata-kata manis yang sekonyong-konyong ditempa
Detik-detik tanpa kata
hal terindah yang tak terungkap oleh kata

Tapi tiba-tiba muncul salam
Dan itu dariku yang menjinakkan diam
Kamu menjawab salamku
dalam sekian milisekon yang menuggu

Dua manusia berpisah lagi
Aku menutup tali bicara untuk ke sekian kali
Tepat ketika degup jantung kian kencang
Begitu cepat kita berbincang
Puluh dua detik pun tak terpetik
Tak disela koma tidak juga ditutup titik
Melepas rindu secepat itu
Padahal tangan ini tak sembunyi setelah melempar batu

Terlalu sulit menyambung arti
Aku sendiri tidak mengerti

---

mercoledì 10 settembre 2008

Notes from An Ordinary Girl

Dengan sangat terpaksa mengambil keputusan untuk tidak lagi berhubungan dengan seseorang yang kau cintai? Menyakitkan.... Itu sebabnya mengapa aku terdiam di balik jendela ini... Merenungkan mengapa seseorang tidak bisa lepas dari halaman kehidupanku....

Kalau saja aku tidak ceroboh menyupir. Tepat setahun yang lalu,
aku hampir saja membuat tulang-tulangnya patah. Kara, seorang laki-laki berparas menarik yang digemari banyak perempuan di sekolah ini. Aku menabraknya saat ia sedang menyeberang di depan sekolah. Saat itu seusai sekolah, dan aku biasa mengendarai mobil pulang pergi ke sekolah yang jaraknya cukup melelahkan dari rumah. Dan lelaki ini tepat terpelanting ke kaca mobil depanku. Aku begitu terkejut sehingga menginjak rem secara mendadak.

Untunglah ia langsung bangkit, kemudian berjalan menjauh sembari menatap sinis kepadaku. Kupikir tak ada yang terluka pada dirinya, sebab ia hanya mengelus-elus keningnya yang terbentur kaca mobilku. Namun rasa bersalah masih menghantuiku, maka kubuka kaca jendela mobil dan berteriak padanya,

"Hey! Lo gak apa-apa? Ada yang luka gak?"

Walaupun tatapan sinisnya sudah hilang, bahkan berubah menjadi senyuman, ia hanya menggeleng. Tidak ada kata-kata. Aku menghela nafas cukup panjang.

Satu minggu berlalu. Aku tak menceritakan hal itu pada siapa pun. Termasuk sahabat dan teman-teman dekatku. Kukira mereka akan tertawa dan meneriakkan "Wow!!!", lalu terdiam. Aku tahu yang akan mereka pikirkan tentang itu. Dan semua pikiran buruk menggangguku.

Hingga tiba-tiba aku melihat Kara. Ia sedang main basket saat kulihat dari kaca jendela kelasku. Aku baru tahu dari tadi ku melamun sambil melempar pandangan ke lluar jendela tanpa menghiraukan guru. Dan aku juga baru tahu kalau dia juga bermain basket. Setahuku, Kara seorang pemain klub sepak bola sekolah.

Saat itu aku memperhatikan permainan basketnya yang buruk sekali. Tidak sebanding dengan pemain lainnya. Aku bergumam dalam hati, "Kalau nggak bakat, gak usah main deh!!"

Pulang sekolah hari itu, mood-ku lagi bagus. Sudah melupakan tentang kejadian Kara waktu itu. Didukung oleh cuaca cerah, jalanan mulus, dan tidak macet. Di radio mobilku, tiba-tiba mengalun lagu indah yang sudah lama tak kudengar. Aku sangat menikmatinya.

Mobilku mendekati sebuah perempatan. Tujuanku mengambil jalan lurus. Tidak ke kiri atau kanan. Kulihat lampu lalu lintas masih hijau nyala. Maka aku merasa tak perlu mengurangi kecepatan mobil. Tepat di tengah perempatan itu, tiba-tiba saja meluncur sebuah motor sport dari arah kiri yang berbelok searah denganku. Aku begitu terkejut. Aku mencoba menghindari resiko terburuk dengan membanting stir ke kanan. Untungnya tidak ada mobil dari arah yang berlawanan. Namun sesaat kudengar suara seperti sebuah benda yang terseret di bagian kiri mobilku. Segera saja aku memberi tanda sen kiri, dan memarkirkan mobilku di kiri jalan itu. Melihat mobilku menepi, motor itu ikut minggir.

Setelah kulihat, benar saja, cat mobilku tergores sepanjang kurang lebih 15 cm di atas tempat ban dekat pintu kiri belakang. Bentuk goresannya jelek sekali. Pokoknya aku harus mengadili perbuatan orang ini.

Tak kusangkan setelah membuka helm, ternyata pengendara motor itu tidak lain adalah Kara!
Kami bertengkar kecil sekitar 1 menit. Namun lama kelamaan, pembicaraan jadi lain arah. Aku mengurungkan niat untuk mengadilinya. Ia pun terlihat antusias dengan obrolan kami.

Sejak hari itu, kami mulai dekat. Setiap hari sedikitnya 3 SMS yang mampir ke handphone ku bertuliskan namanya. Aku menjalaninya dengan santai pada mulanya. Tetapi hari demi hari, aku mulai merasakan perasaan yang tidak biasa. Padahal sebelumnya aku memohon-mohon pada Tuhan agar tidak diberikan perasaan suka sedikitpun pada lelaki ini. Karena aku tahu reputasinya yang senang mempermainkan perempuan. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Aku mulai menyukainya. Bukan hanya karena ia menarik dilihat, tapi juga pribadinya juga menarik dan kami bertukar pikiran tentang hal-hal yang sangat seru.

Aku mulai merasa nyaman bila ada di dekatnya. Dan mencari-cari ketika dia tidak ada di sekelilingku. Tentu saja aku tidak memberi tahu pada siapa pun. Menurutku, aku bisa menyembunyikan dengan baik semua ini. Menyembunyikan bahwa kami sering telepon-menelepon, jalan, nonton, meskipun belum ada ikatan apa pun.

Dan teman-temanku tak menyadarinya sebelum pada suatu hari seorang teman Kara memberitahukan tentang rahasia kami. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba hampir semua murid satu sekolah tahu bahwasanya aku dan Kara ternyata dekat. Reaksi mereka berbeda-beda namun berbenang merah satu, kaget.

Teman-temanku dan hampir semua perempuan di sekolah ini mulai bersikap aneh kepadaku. Ternyata mereka juga membicarakanku di belakang. Semua jadi berubah. Aku tak lagi seperti dulu, periang dan banyak teman. Sahabatku pun tidak banyak berbuat dan cenderung mengurangi komunikasinya denganku. Oh, aku sangat tidak nyaman. Dan Kara tidak tahu itu sebelum aku memberitahukannya. Mungkin ia merasa tidak enak juga. Apalagi beberapa orang perempuan iseng berusaha menjauhkan aku darinya.

Aku yang sudah tak tahan dengan kondisi seperti ini, memberanikan diri untuk mengungkapkannya pada Kara. Kara terlihat kecewa. Namun ia berkata,

"Tenang aja... Ada gue di deketlo... " ungkapan macam itu sama sekali tidak melegakanku.

Dan tiba-tiba saja terucap dari mulutku,

"Kar, bagi gue, lebih baik kehilangan satu orang teman baru daripada harus dijauhi 1000 orang teman lama gue."

"Kalau mereka itu temenlo, mereka nggak akan menjauhi lo ketika lo dekat dengan teman barunya," begitulah ucapan balasannya.

Kupikir itu ada benarnya, namun entah apa yang mendorongku untuk tetap resah seperti ikan kehabisan air.

"Gue.... nggak nyaman, Kar" itulah ucapan terakhir dari mulutku.

Kami berdua terdiam. Kukira ia mengerti. Namun ia bertindak tidak sesuai keinginanku.
Malam itu ia menelepon dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Aku kaget bukan main. Sebelum menjawabnya, aku berpikir tentang perasaanku, masa laluku yang ceria di sekolah. Keduanya bertolak belakang. Aku hanya bisa mengalihkan pembicaraan. Dan ia mengerti itu. Ia mengerti aku menolaknya. Tetapi kita tetap berteman.

Namun ternyata hal itu malah membuat masalah baru bagiku. Semua murid perempuan yang tadinya temanku merasa tidak nyaman dekat-dekat denganku. Mereka hanya basa basi di depanku, dan menggunjingkanku di belakang. Bahkan adik kelas pun mulai berani meledekiku. Ternyata tersebar gosip bahwa aku sudah jadian dengan Kara. Karena mereka tahu Kara memintaku untuk menjadi kekasihnya. Namun mereka tidak tahu apa jawabanku. Lantas mereka menyimpulkan bahwa kami telah menjalin hubungan. Aku menolaknya habis-habisan.

Sejak saat itulah aku berpikir bahwa aku harus menepikan Kara dari kehidupanku. Dan aku melakukannya. Aku tahu dia tekejut, namun tak ada reaksi apapun darinya. Ia segera saja menghilang dari kehidupanku tanpa meninggalkan sepatah katapun.

Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya main basket lagi. Mungkin ia tahu aku sangat gemar melihat pertandingan basket yang dilakukan tim sekolahku. Ia tahu aku suka menonton permainan basket. Karenanya ia tak ingin membuat lelucon dan gosip lain yang meresahkan kami berdua. Kami hampir tidak pernah berpapasan. Tapi meski begitu, teman-teman masih saja belum akrab denganku lagi. Mereka tak mengerti apa yang terjadi. Aku sudah mencoba menjelaskan bahwa kami dulu hanya beteman, namun mereka tidak mempercayaiku. Aku sempat frustasi dan tidak tahan lagi.

Pada suatu waktu, sahabatku yang semula bersikap dingin padaku, mengatakan bahwa Kara jadian dengan anak kelas 1. Ketika mendengarnya, hatiku benar-benar hancur. Aku tak tahan ingin menangis. Maka aku menahannya sekuat tenaga di depan sahabatku. Setelah kami berpisah, baru aku pergi ke mobil dan menangis sejadi-jadinya. Aku masih mencintai Kara. Semakin mencinta.

Esoknya, seorang sahabat Kara yang bernama Adi menghampiriku ketika aku baru tiba di sekolah. Kami lumayan banyak mengobrol, walaupun aku agak sedikit jutek. Terakhir, ia mengatakan bahwa Kara masih mencintaiku.

Aku semakin frustasi dibuatnya. Entah itu benar atau tidak, kenyataannya Kara tidak lagi bersamaku. Ia bersama gadis lain.

Hari demi hari, teman-teman dekatku mulai sadar bahwa tidak ada apa-apa diantara aku dan Kara. Mereka mulai berteman baik lagi denganku. Semua orang di sekolah ini juga sudah tidak bersikap aneh lagi padaku. Aku mulai pulih. Namun masih tidak bisa melupakan Kara.

Suatu sore, teman-teman mengajakku menonton pertandingan basket persahabatan di lapangan basket sekolah kami. Sebenarnya aku enggan, namun kupikir Kara tidak akan ada di sana. Benar, saat aku duduk dan melihat sekeliling lapangan basket, aku tak menemukannya.

Tapi tiba-tiba saja, ia datang dari arah belakang. Lalu ia bergabung dalam tim, dan mulai bermain di sana. Teman-temanku belum menyadarinya. Sampai aku memutuskan untuk pamit ke kamar kecil. Tetapi saat aku melintas di pinggir lapangan, sekonyong-konyong bola basket itu melambung dan mengenai tubuhku. Aku mengambil bola itu. Dan tiba-tiba saja di hadapanku sudah ada Kara yang hendak mengambilnya dari tanganku.

Aku berusaha tidak bereaksi apapun. Namun ia malah tak membiarkan aku lewat dan bertanya,

"Gimana ama temen-temen? Udah baikan?"

Aku menjawab sekenanya, "Ya, gitulah..."

Aku hendak pergi tapi ia malah menatapku tajam dan tidak memberiku jalan. Aku mulai gelisah. Kurasa semua mata di sana tertuju pada kami. Entah kenapa saat itu aku benar-benar tidak kuasa menahan air mata. Maka aku langsung mendorongnya dan menghina permainan basketnya, padahal ia sudah bermain jauh dari buruk. Lalu aku berusaha lari, tetapi ia menahan tangan kiriku dan menarik tubuhku lembut. Hingga kami hampir tak berjarak.

Ia berbisik lembut di telingaku,

"Gue masih sayang sama lo"

Jantungku berdegup kencang dan segera melepaskan tanganku darinya, lalu berlari menjauhi lapangan. Aku meneteskan butiran-butiran air mata saat berlari. Aku mengerti mengapa ia menjauhiku dan memutuskan untuk jadian dengan anak kelas 1 itu. Ia ingin aku kembali ceria dan kembali berteman banyak tanpa berkeluh kesah.

Kukira awalnya memang demikian. Namun semakin ke sini aku sadar, ternyata aku semakin tidak bisa melupakannya. Dan benar-benar kehilangannya.

Maka kini, di balik jendela ini, detik ini, aku sadar...

Bahwa aku salah telah berkata lebih baik kehilangan satu orang teman dibanding 1000 orang teman lainnya...

Bahwa kiranya lebih baik aku kehilangan mereka semua yang terlihat seperti teman namun ternyata semu. Lebih baik jika satu orang ini kembali dan terus bersamanya sampai kapan pun. Dan orang ini adalah Kara.

*****

Bliss and Boastful : last part of the trilogy

Sampai pada hari ke 6 dimana
Eza dapet telepon mendadak yg ngasi informasi bhw bapaknya yg lagi
dinas di Perancis tiba2 sakit parah yang akut gitu. Dan itu
mengharuskan Eza untuk secepatnya ninggalin asrama dan berangkat ke
Paris esok paginya. (sori gw lupa bilang kalo sekolah Eza itu asrama)

Wah….tentu aja Jana, Dika, dan teman2 Eza yang lain kaget, termasuk Heinette. Sementara acara tinggal 1 hari lagi….Huh…. (last episode)

Pada kesempatan yg sempit itu, Eza cuma bisa ngasi Jana sebuah surat yang dimasukin ke dalam botol kecil dari kaca pemberian Ibunya dulu. Jana sendiri terkejut waktu nerima surat itu dari tangan Eza langsung. Tanpa terasa Jana ikut meneteskan air mata seiring kepergian Eza ke Perancis. Dan ga bisa dihindari, krn Eza ngasihnya di depan temen2 yg lain, otomatis Heinette ikut menyaksikan. Duh…kebayang tuh perasaan Heinette yg ancur berkeping2. pecahannya langsung kesebar kemana2!hehe…hiperbola bgt seh saya…

Isi surat Jana dari Eza kalo ga salah isinya nyatain bhw walaupun cuma beberapa hari mereka deket, Eza ngerasa kayak udah lama bgt kenal Jana dan hal itu membuat Eza merasa nyaman bgt di deket Jana.. Dan Eza pengen suatu saat nanti bisa terus bersama-sama Jana (cie elah). Dan kalo emang mereka jodoh, kepergian Eza ke Perancis yg belum tau bakal baliknya kapan itu ga akan ada artinya. Yang bikin heboh adalah pernyataan terakhir Eza "Jana, gw bakal balik buat lo".
Wuiiiihhh………….apakah terasa ada getaran2 cinta disini??

Lalu berangkatlah Eza. Jauh. Jana belum bisa percaya sama apa yg dialaminya belakangan ini. Dilanda gundah krn ngeliat org yang selama ini dia sayang (Aji) deket ama anak baru yang benar2 gak diharapkan kedatangannya. Bersusah payah membunuh perasaan itu biar semuanya jd sprti sedia kala, namun ga berhasil pula. Dan ketika dia mulai bisa melupakan Aji, krn telah hadir seseorang yg lain di hatinya (Eza), semuanya terjadi begitu cepat. Merasa kehilangan saat mulai mencintai seseorang itu berat banget. Itu yg dirasain Jana. Ditambah pula hubungan Aji yang gak baik sama Eza. Menurut triBigos (biang gosip) Bob, Frosty, & Flo, Aji sengaja nackle Eza pas tanding bola krn Aji cemburu ngeliat Jana terus2an ngobrol ama Eza slama beberapa hr itu.

Beberapa hari setelah acara PORSENI itu selesai,terjadi keributan antara Aji dan Yusuf yg berawal mula di WC sekolah. Awalnya gara2 Yusuf yg secara tiba2 nonjok perut Leon (a.k.a sobat deket Aji) di WC satelah Leon cuci muka. Kalo ga salah gara2 tatapan mata Leon ke Yusuf yg bikin Yusuf kesel. Sesaat setelah itu Aji masuk ke WC dan ngeliat Leon yg kesakitan ditonjok sama Yusuf. Tanpa pikir panjang disertai emosi yg membara, Aji nonjok muka Yusuf dan dari situ dimulailah pertengkaran yg lumayan dahsyat versi anak smp. [aduhh..sayang banget, coba diganti jd anak SMA aja,lebih seru tuh!-red]

Gara2 itu mereka berdua diskors slama 10 hari. Jana sedih banget dengan adanya peristiwa yg rada mengenaskan itu krn menimbulkan muka2 bonyok dr kedua belah pihak. Ditambah sama tersebarnya gosip bhw Asti dan Aji yang selama ini deket, ternyata udah jadian selama 2 bulan. Jana bener2 shock dan terus2an menyesali tindakannya ke Aji yg mungkin ga bersahabat, dingin, gengsi, salah ucap, dan yg paling penting nolak Aji!! Dia udah ga ngerti sama perasaan yg terus terombang-ambing. Eza udah jauh. Dan menunggu itu sangat melelahkan. Aji semakin lama semakin brutal dan gak seperti Aji yg dia kenal dulu. Padahal udah mau ujian nasional (kalo dulu namanya ebtanas ya). Semuanya terasa sangat sulit. hancur.

Pada hari ke 9 Aji diskors, terjadilah peristiwa menyakitkan bagi Jana. Jana hari itu sengaja membawa surat di dalam botol kaca dari Eza untuk dipelihatkan pada teman2 dekatnya. Sore itu seusai sekolah, Jana termenung sendirian di depan kelasnya di lantai 3, sambil memegang botol berisi surat dr Eza. Jana menangis krn ngga tau lagi apa yg harus diperbuatnya. Secara diam2 Aji nyempetin dtg ke sekolah krn dia dpt laporan dr Leon bhw Jana terus2an murung dan ga bersemangat. Dan sore itu dia memperhatikan Jana yg murung ga karuan.

Tiba2 Aji muncul, Jana kaget. Aji mulai bicara. Di situ Aji mengutarakan banyak hal yg gak diketahui Jana. Termasuk pernyataan yg satu ini :
"Tentang Asti, gw ga tau kenapa wkt itu nerima dy. Mungkin krn gw tau dia punya penyakit jantung yg parah. Gw ga bisa ngm apa-apa lagi. Gw mulai menyayangi dia. Gw ga mau dia kenapa2. Itu yg gw rasain. Tapi semakin lama gw semakin tertekan dgn hubugan kita yg kayaknya udah ga bisa diselamatkan. Gw kangen banget sama lo, Jan. Dan setelah gw sadari ternyata semakin gw merasa kehilanganlo, semakin gw sadar kalo gw sayang sama lo. tapi gw ga bisa berbuat apa-apa. gw frustasi dgn keadaan gw yg berubah total jd powerless gini"
Jana yg mendengar itu bener2 kaget dan air matanya makin deras mengalir (hiks). Tapi siapa yg sangka kalo ternyata detik itu juga jadi detik yg paling dibenci Jana seumur hidupnya karena Aji. Aji tiba2 merampas botol pemberian Eza dr tangan Jana.Dan dy lari cepet banget menaiki tangga menuju lantai paling atas gedung sekolah (semacam rooftop gtu). Jana teriak2 ngejar Aji dan minta Aji buat ngembaliin botol itu.
Sampai di rooftop, Jana yg tersengal2 ngeliat Aji udah berdiri di tepi gedung sambil memegang botol itu. Jana teriak dan ga rela kalo Aji berbuat macem2 sama botol itu,krn cuma itu kenang2an dr Eza yang bisa ngobatin luka di hati Jana krn ulah Aji selama ini. Ulah Aji yg menggoreskan luka yg dlm banget di hati Jana.
Trus Aji bilang, "Dan ketika dia masuk ke dalam hidup lo, gw ga akan pernah rela, Jan…Gw gak suka ngeliatnya."

"Ya terus kenapa?Emang lo siapa?Lo jangan seenaknya gitu dong, Ji!Lo gak tau kan perasaan gw wkt gw ngeliat lo ama Asti?Lo ga tau kan apa yg gw rasain selama ini?!!Bukan lo doank kok yg susah!"Jana makin emosional.

Aji seolah nggak menghiraukan kata2 Jana td. Tapi tanpa disadari dia netesin air mata yg cepat2 langsung dihapusnya.

"Ternyata kita nggak sekuat itu, Jan. Dan gw sadar, bahwa perasaan ini ga bisa bohong. Gak bisa. Dan satu lagi yg perlu lo inget nanti, Gw akan selalu sayang sama lo…"ucap Aji terbata-bata.
Dan kemudian Aji menjatuhkan botol itu. Yang Jana takutkan bener2 terjadi.

"Aji!"Jana marah dan langsung turun. Ia melihat serpihan kaca2 dr botol yg tak berdaya itu. Jana nangis lagi. Semua udah berantakan. Kenapa jadi begini?
Aji yang penuh luapan emosi itu berlari menuruni anak tangga. Sampai di bawah, Jana mengucapkan sesuatu yang gak pernah ingin didengarnya.

"Aji! Gw benci sama lo, Ji! Gw gak akan maafin lo!!!!!"

Aji semakin terpukul dan ia segera menjauh dan pergi bersama motornya.

Besoknya terdengar kabar bhw Aji masuk rumah sakit krn kecelakaan motor. Asti yg mendengar itu langsung pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Dan saking shocknya, nyawa Asti udah ga bisa diselamatkan. So sad………

Jana dan tmn2 lainnya termasuk Yusuf, menjenguk Aji yang terbaring lemah. Di situ Aji bner2 ga berdaya dan cuma bisa ngucapin beberapa patah kata yg bikin semua orang miris mendengarnya.

"Jana..maafin gw…karena gw ga bisa buat lo bahagia..buat lo ceria kayak dulu…gw cuma jd beban dalam hiduplo..krn setiap waktu yg ada di pikiran gw cuma lo…dan skrg terakhir kalinya gw ngebebanin lo, krn gw mo minta sama lo….jangan benci gw, Jan.. Jangan… Maafin gw.."

Jana yg di hatinya saat ini dipenuhi oleh Aji nggak bisa ngomong apa2. Dan terus netesin air mata. Dia cuma bisa ngangguk dan menggenggam tangan Aji erat.

Dan yang bikin heboh lagi, Aji ngomong sama Yusuf sesama korban skors,
"Maafin gw…seharusnya gw gak berbuat bgitu sama lo…Itu semua krn perasaan kesel gw yg menumpuk ke lo,karena Jana…Dan gw rasa gw ud gak ada apa2nya lg di mata Jana,,,dan gw mohon sama lo, Suf…tolong jagain Jana..jangan sampe dia terluka lagi…cukup gw yg jd bebannya. dan beban itu akan segera hilang…"

Yusuf juga ud maafin Aji dan mengiyakan permintaan Aji yang ga pernah dy sangka itu.
Gak berapa lama stlh itu, suasana di ruangan itu terasa amat pahit diiringi tangisan manusia yg kehilangan temannya, keluarganya, atau kekasih di hatinya yang pergi untuk selamanya. Aji pergi meninggalkan sebuah kisah yg gak akan pernah dilupakan oleh Jana.

Yaaahh,,,,,abis deh!Jadi kira2 seperti itulah jalan ceritanya sodara2…Hohoooo
Aduh,,endingnya penuh harukah?ato gimana?kalo gw bilang ini cerita walau ketawan bgt anak smp yg buat, tp alurnya bner2 bisa ngebawa. Tapi maap aja kalo gw ngebawainnya kurang dramatis…Bagi yg ketinggalan ama cerita part 1 dan 2 nya,,bisa diliat di blog gw yg dulu2,,jdulnya "Ini tentang sbuah Karya Terbaik yang Hilang" dan "Karya terbaik part II".
Kalo ada yg mau ngasih comment thd keseluruhan ceritanya,,silakan…
thx bgt krn udah mau ngikutin ceritanya yg gw sajikan setengah mateng ini…hehehehe…mungkin aja ni cerita jd inspirasi buat lo semua..
*bila ada kesamaan nama,cerita,tokoh, dll itu bukan kesalahan sang penulis,,,krn hanya fiktif belaka..halah….

Bliss and Boastful part 2

Part II

Suatu hari, Jana merasa lagi down banget…Makin lama Aji semakin jauh,,sementara Asti smakin deket ama Aji..Jana jd ngerasa smakin kehilangan Aji..Dulu dia sering nonton Aji latihan bola dan kadang maen baseball sama Leon, sobat Aji…Sekarang udah nggak. Dulu sering pulang bareng, skrg ngga. Dulu Aji suka cerita yg aneh2 dan lucu sampai bikin Jana ketawa ngakak, skrg ud hilang semuanya. Dulu Aji suka ngajarin Jana pelajaran yg ngga dia ngerti, suka ngasi referensi buku2 bacaan, suka ngilangin Bt Jana, suka nganterin Jana kemana2,suka nelepon malem2,,,tapi sekarang semuanya udah ngga pernah terjadi lagi.

Kayaknya udah berat banget ngebangun hubungan yang kayak dulu lagi. sesekali aja klo mereka berpapasan di sekolah, Aji cuma senyum dan nyapa Jana dengan muka yang dingin.

Jana suka lose control kalo mikirin tentang itu.Dan saat ini dia terduduk di bangku taman sekolah. Waktu itu sekolah udah selesai. Tiba-tiba Yusuf udah ada di hadapannya dan tiba2 Jana ngerasa ada pangeran yang akan menyelamatkan hidupnya pada saat itu. Yusuf senyum sembari memberikan tangan untuk membantu Jana bangkit dari semua masa lalu itu. Jana tanpa pikir panjang menerima tangan Yusuf dengan penuh perasaan aman. Hari demi hari mereka jadi sering bareng dan teman2 terdekat Jana membiarkannya karena ngga pengen Jana tambah tertekan.

Suatu hari, tersebar gosip mereka udah resmi pacaran.Jana kaget banget begitu tau ada berita kayak gitu yang sebenarnya hanya bohong belaka. Ternyata usut punya usut, Yusuf yang bikin gara2..Waktu beberapa org nanya ke Yusuf apakah mereka udah jadian ato blm, Yusuf meng-iya-kan. Makanya gossipnya langsung santer. Jana yang di hatinya masih bertaut ke Aji bener2 nggak nyangka. Dia marah sama Yusuf dan nggak mau ngomong untuk beberapa saat.

Waktu Jana jalan di koridor sekolah dengan perasaan meluap2, tiba2 Aji dateng dan langsung berdiri di hadapan Jana. Katanya gini,

"Jan, kalo emang bener apa yg anak2 blg, gw cuma pengen lo tau, gw masih peduli sama lo. Dan gw ngga suka ngeliat lo jadi kayak sekarang ini. Itu aja…" Kira-kira dy ngomong begitu. Tapi Jana udah kaku dan ngga bisa ngucapin speatah kata pun. Dan ngga lama kemudian, Aji pergi.

Jana ngga bisa memungkiri bahwa dia seneng banget karena td Aji ngomong kayak gt. Tapi buat apa Aji ngomong gitu kalo semua udah ngga bisa keulang lagi. Sementara dia ngga ngerti gmn perasaan Jana terus2an ngeliat dia jalan sama cewek lain. Aji ngga biasanya kayak gini, dan Jana juga udah buntu ga tau apa yg musti diperbuat.

Ud berapa bulan ini, sekolah sibuk mempersiapkan buat tanding antar sekolah yang diadain d sekolah swasta lain. Jana seneng karena pikiran2nya ttg Aji bisa tertutupi oleh banyak kegiatan yg dilakukannya. (dan sayangnya gw lupa Jana ikut olahraga apaan)

Kebetulan di sekolah swasta tempat acara besar2an itu (semacam porseni), ada sobat lama Jana, namanya Dika. Sampai skrg sbenernya mereka masih sering smsan. Dika dtg ke sekolah Jana buat ngobrol2 doank dan tuker2 berita antar sekolah. Trus katanya Jana mau dikenalin sama temen2nya Dika kalau udah sampe sana. Dan kata Dika, ada satu org temennya yg kayaknya tertarik sama Jana karena Dika sring crita2. Temennya ini namanya Eza. Jana jadi penasaran orgnya kayak apa.

Kebetulan juga, Jana punya temen yang namanya Heinette..Heinette itu orgnya baik banget. Dia punya foto2 beberapa anak skolah swasta itu, yang diantaranya ada salah satu anak dari temen bokapnya Heinette. Dan lebih menegjutkan lagi, orang itu adalah Eza. Dari situ Jana jadi tau wajah Eza. Dan ngga tau knapa, Jana merasakan hal yang ngga biasa begitu ngeliat Eza di foto itu….Jelas aneh..Tapi waktu denger2 Heinette crita2 ttg Eza kayakanya dia juga udah punya feeling duluan jauh sebelum Jana merasakannya.

Tapi Jana semakin ngga sabar nunggu pertandingan besar antar sekolah2 swasta ternama itu tiba…Di sana, mereka akan menginap selama seminggu buat mengikuti seluruh acara..

***

Akhirnya acara besar itu dimulai. Jana juga udah dikenalin sama Eza yg ternyata anaknya sopan, tinggi, ramah, sedikit pendiem, dan sosok yg ganteng yang tentu banyak fansnya. Jana makin tertarik sama Eza setelah mereka ngobrol2 banyak ttg berbagai hal. Dan mereka juga udah saling nyemangatin saat mau tanding. Dika sendiri setuju banget Jana sama Eza, berhubung Dika agak kesel sama perlakuan Aji yang katanya semena2.

Tapi meski pun ada sinyal2 dari Eza, Jana tetap blm bisa ngasi sinyal apapun. Lagipula mereka baru kenal 4 hari. Anehnya yah itu, baru 4 hari udah nyambung banget dan Jana ngerasa nyaman bgt di deket Eza. Eza sendiri juga ngerasain hal yg sama menurut Dika. Tapi emang tentu timing blm tepat…

Lagipula ada satu hal yang ngga mungkin dilewatin, yaitu Heinette yg ngaku ke Jana bhw dia ud lama suka ama Eza. Menurut Hein, mereka sering ketemu sejak kecil waktu ada acara dari kantor papanya. Biasanya acara gathering itu diadain setahun sekali. Tapi udah 4 tahun terakhir Eza ngga pernah ikut lagi.Makanya, pas sekarang ini Heinette ngga mau nyia2in kesempatan….

Waduh… tambah berbelit urusannya….belum lagi Aji yang sempet bentrok sama Eza di lapangan, kalo ngga salah krn ada insiden di mana kaki Aji sedikit cidera dan dia harus keluar lapangan.

Ada suatu adegan dimana Heinette mengungkapkan perasaannya ke Eza. Eza sbnernya udah ngerasa dari dulu. Cuma Eza bilang, dy cm nganggep Heinette sebagai saudaranya sendiri, berhubung dia skrg anak tunggal yg tinggal sama Ayahnya semenjak orang tua mereka cerai. Adiknya ikut ibunya…

Sampai pada hari ke 6 dimana Eza dapet telepon mendadak yg ngasi informasi bhw bapaknya yg lagi dinas di Perancis tiba2 sakit parah yang akut gitu. Dan itu mengharuskan Eza untuk secepatnya ninggalin asrama dan berangkat ke Paris esok paginya. (sori gw lupa bilang kalo sekolah Eza itu asrama)

Wah….tentu aja Jana, Dika, dan teman2 Eza yang lain kaget, termasuk Heinette. Sementara acara tinggal 1 hari lagi….Huh….

Kelanjutannya bakal ada….anda semua yang semakin penasaran dgn kisahnya tenang aja…Masalahnya gw juga sambil mengingat2 lagi kisahnya. Dan barusan terbersit di otak gw, kayaknya bagus juga klo ini dibikin trilogy…hehehe….

Yasud…tunggu bagian ketiganya yg makin seru yah!!

Salam manis…***

Zara

Bliss and boastful part 1

Ini tentang sebuah novel yg ditulis oleh seorang anak kls 1 smp.Waktu itu tahun 2000. Novel itu ditulisnya setiap ada ide yang muncul, kalau bisa setiap hari. ditulis tangan, bisa ganti pulpen tiap minggunya. Novel itu selesai pada tahun 2001. Jadi kira-kira setahun lebih. Beberapa org temannya sering meminjam untuk membacanya, bahkan sewaktu novel itu blm selesai dibuat, mereka sudah mengantri dan meminjamnya secara bergantian sambil mengikuti ceritanya.

Tetapi pada tangan si peminjam yg ke puluh brp,,novel itu hilang. Si peminjam mengaku sudah mengembalikannya tapi ternyata tidak ada yg tahu novel itu dimana. Entah sekarang sudah terbakar bersama sampah dan menjadi abu, atau sedang digarap untuk dijadikan film layar lebar.Yang jelas isinya cukup membuat kita terus ingin membacanya.Kagum juga anak seumur itu sudah berhasil membuat sebuah cerita yang mengandung banyak lika-liku.

Jadi kalau tidak salah ceritanya begini…

Tokoh utamanya seorang cewek bernama Jana, kelas 2 smp di sebuah sekolah swasta. Sejak kls 1, ia menyukai seorang cowok bernama Aji (kelas 3) yang dianggapnya perfect. Aji itu anak bola, olah raganya jago, suka ngebut naik motornya, sosok pemimpin yang ditakuti teman-temannya, cukup berprestasi di bidang akademik, dan pastinya gentle banget. Yang paling penting sampai saat ini blm punya cewek.

Suatu hari, Aji tiba-tiba ‘nembak’ Jana. Tentu Jana terkejut dan ga tau musti blg apa. Dan saat itu Jana nolak cinta Aji, yg sudah lama dikaguminya itu. Ya, memang terlihat sangat bodoh tindakan cewek satu ini. Bodoh sekali. Tapi Anda tidak tahu apa yang ada dibalik tindakannya itu. Aji juga kaget dan bt, tapi akhirnya mereka pulang bareng, dan ternyata ada yg ngeliat mereka jalan bareng dan ngelapor ke Yusuf (kls 3), seorang cowok ganteng nan pintar di sekolah itu.Yusuf ud lama juga naksir Jana, tapi cintanya blm berbalas.Dan sampai saat itu dy msh usaha buat ngdapetin Jana.

Kalo ga salah Jana itu orangnya pinter dan nggak macem-macem, suka bergaul dan ramah sama orang.

Suatu hari, Yusuf mau pinjem buku ttg sejarah Perancis gitu di perpus.Tapi bukunya ud dipinjem org, katanya sih yg minjem Aji. Tapi ternyata Aji udah minjemin buku itu ke Jana,berhubung waktu pinjemnya mgkn agak lama. Trus pas pelajaran sejarah, gurunya nanya pertanyaan yg susah dan yg bisa jwb cm Aji, krn dia ud baca buku itu duluan. Yusuf ngerasa kesaingan. Pas kelas usai, Yusuf nanya ke Aji,

"Lo yg minjem buku itu ya?"

"Iya"jawab Aji.

"Sekarang bukunya mana??"tanya Yusuf lagi.

"Wah, nggak gw bawa!"

padahal sebenrnya Aji menyembunyikan realita. Dan tiba2 Yusuf inget bahwa td pagi dy ngeliat Jana lagi megang buku itu. Padahal stau dy buku itu lagi dipinjem Aji..wah wah…pertanyaan besar!!

Sejauh ini hubungan Jana ma Aji sebatas teman dkt yg sama2 tau bhw saling suka. Klo Jana-Yusuf saling jaim. Yusuf pgn bgt nunjukin bhw dirinya superior dan bner2 beda kubu ama Aji.Ajinya mah cuek aja.

Oiya klo ga salah si Jana juga dket ama anak SMA swasta itu juga, namanya Harry, tp sebatas tmen curhat.Kata Harry, Aji orgnya asik. Pokonya Jana sering berkeluh kesah sama Harry dan juga tmen2 deketnya yg kebetulan sekelas.

Suatu hari ada anak baru namanya Asti. Asti itu sempet bikin Jana cemburu krn tiba2 dket bgt sama Aji. Kemana pun Aji jalan, pasti ada Asti.Sekedar tau, Asti tuh kelas 1. Aji sendiri ga prn mau ngebahas Asti sama Jana.Jana jd bt sndiri dan mulai nyesel knp dulu dy nolak Aji.

Hari demi hari, Jana jd sering ngobrol ama Asti. Tentu Asti sering ngomong ttg Aji.Telinga Jana ud panas sih, tp lama kelamaan dia mulai ngerti dimana kelebihan anak itu. Asti itu anak yg manis, teliti, penyayang, nggak comel dan ceroboh kayak dirinya. Akhirnya Jana sampai pada titik jenuh dan nyerah. Dia berusaha ngelupain Aji. Dari situ Yusuf ngambil kesempatan. ..

Doh…ngantuk…ntar gw lanjut lagi deh,,masih ngelotok kok di otak gw…

C ya later guys…!!!critanya msh seru neh sbenernya…

Prefazione Attenzione

All things written in this room is copyrighted by me...
Because it was all my masterpiece...
I wrote it by my own hand...
And so thus all the writers do...
I am the amateur trying to be the pro...
And wish you all enjoy the story that i wrote....
And remember this blog is not for fame, not for public seen, and actually a bit secret...
Thanks for your attention and appreciation...


Best regard,

Zara Rimadhani